Halaman Depan

Senin, 22 September 2008

RTRW Kota Pekanbaru (2)

Bahasan berikut ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya (yang sudah lama sekali)

Dan karena rasanya tidak mungkin memuat semuanya sekaligus, kali ini yang akan saya sampaikan adalah kebijakan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Pekanbaru 2007-2026

  1. Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Pekanbaru 2026


Visi dan misi ini ditetapkan (atau mungkin saat ini lebih tepat disebut direncanakan untuk ditetapkan) setelah menilik visi dan misi pembangunan Propinsi Riau dan Kota Pekanbaru serta permasalahan yang dihadapi dan akan dihadapi oleh Kota Pekanbaru menuju tahun 2026. Adapun Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Pekanbaru adalah :


Visi:

"Mewujudkan Struktur dan Pola Ruang Kota Metropolis Yang Harmonis dan Dinamis Sebagai Kota Pusat Perdagangan dan Jasa, Kota Pendidikan Serta Pusat Kebudayaan Melayu".

Misi:

  1. Menciptakan struktur pelayanan yang merata kepada seluruh penduduk Kota Pekanbaru melalui di

    stribusi fasilitas dan prasar

    ana sesuai dengan arah dan skenario pengembangan kota, daya-dukung lingkungan dan kondisi penduduk pada masing-masing kawasan. Meningkatkan penguatan peran pemerintah sebagai regulator, dengan menyiapkan prosedur teknis yang komprehensif, yang mampu dijadikan sebagai alat pengendali dalam pemanfaatan lahan, dan memperkecil ruang gerak spekulan tanah dan pelaku usaha yang mengatas-namakan mekanisme pasar sebagai faktor penentu lokas

    i.
  2. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang dapat mendukung pengembangan sistem transportasi massal (mass rapid transit) untuk menjamin kelancaran, keamanan dan kenyamanan pergerakkan penduduk.
  3. Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa dengan kepadatan tinggi di kawasan pusat kota untuk mendukung aktifitas perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional.
  4. Mengalokasikan ruang usaha (s

    pasial) untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa bagi kelompok usaha kecil dan menengah.
  5. Mendistribusikan fasilitas pendidikan secara merata pada semua wilayah kota dengan tetap memperhatikan jumlah populasi penduduk dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
  6. Pengembangan kawasan Kota Lama (

    Senapelan) sebagai Pusat Kebudayaan Melayu melalui rehabilitasi bangunan bersejarah dan penataan kawasan permukiman yang mampu merefleksikan cikal bakal wajah Kota Pekanbaru pada masa lampau.
  7. Mengoptimalkan potensi ruang kota melalui pengembangan sektor perkotaan yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh penduduk dalam lingkungan Kota yang sejuk, asri, hijau, dan indah, dengan mempertahankan lahan-lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, dan meningkatkan penyediaan ruang terbuka hijau pada seluruh bagian wilayah kota.


  1. Strategi Pengembangan Kota Pekanbaru

    Strategi pengembangan tata ruang Kota Pekanbaru dapat dijabarkan menjadi skenario pengembangan kota dan konsep struktur ruang kota

    Skenario Pengembangan Kota

    Arah pengembangan Kota Pekanbaru d

    irencanakan mengikuti skenario sebagai berikut :

    1. Mengembangkan Kawasan Pusat Kota (Kecamatan Pekanbaru Kota, Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh) sebagai

      Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional dengan dominasi peruntukkan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke Bandara dan Pelabuhan di Sungai Siak).
    2. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke Selatan, Timur dan Barat Kota (Ke

      camatan Tampan, Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Payung Sekaki).
    3. Mengembangkan koridor-koridor jalan utama untuk kegiatan perdagangan dan jasa secara vertikal dengan memperhatikan peraturan zonasi (zoning regulation) dan bu

      ilding code.
    4. Mengembangkan Terminal Badar Raya Payung Sekaki sebagai Pusat Pelayanan Transportasi Kota yang menjadi orientasi dan perpindahan antar moda transportasi denga

      n didukung oleh akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
    5. Mengembangkan Kawasan Pendidikan Tinggi di Kecamatan Tampan dan Kecamatan Marpoyan Damai yang didukung oleh akses ke sistem jaringan transportasi massal.

    6. Mengembangkan Kawasan Industri dan Pergudangan di Kecamatan Tenayan Raya yang didukung oleh akses ke sistem jaringan transportasi massal dalam kota, jaringan transportasi regional, bandara dan pelabuhan, serta didukung dengan pengembangan kawasan permukiman industri yang dilengkapi dengan fasilitas dan jaringan utilitas yang memadai.
    7. Mengembangkan kawasan sekitar Kompleks Caltex sebagai Jalur Hijau (green belt) dengan tetap menjaga terbukanya akses ke kompleks dari berbagai bagian kawasan kota.

      Mempertahankan Danau

      Lembah Sari dan Kawasan Lindung Taman Hutan Raya Sutan Syarif Kasim sebagai Kawasan Lindung dan menjadikan kawasan sekitarnya sebagai daerah tangkapan air (catchment area).


Gambar 1.

Skenario Pengembangan Kota Pekanbaru

Konsep Struktur Ruang Kota


Memperhatikan skenario pengembangan kota yang dikemukakan di atas, konsep struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut ;

  1. Kawasan Pusat Kota sebagai Pusat Pengembangan Utama Kota dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
  2. Terdapat beberapa Sub-Pusat Pengembangan yang disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan dan skenario pengembangan kota 20 tahun ke depan.
  3. Pusat Pengembangan dan masing-masing Sub-Pusat Pengembangan dikembang-kan dengan penekanan pada fungsi tertentu yang secara keseluruhan dapat menunjang Visi Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru 2026.
  4. Antara Pusat Pengembangan dan Sub-sub Pusat Pengembangan diintegrasikan oleh sistem jaringan transportasi yang memungkinkan terjadinya pergerakkan orang dan barang secara efisien.
  5. Sistem Jaringan Transp ortasi tidak hanya menjamin terjadinya pergerakkan internal dalam kota, namun juga mendukung terjadinya interaksi dengan wilayah sekitar.

Gambar 2.

Konsep Struktur Ruang Kota Pekanbaru


Bahasan selanjutnya kan disampaikan pada postingan yg akan datang.

Bersambung ya…

Minggu, 20 Juli 2008

Spot Budaya di Pekanbaru ?

Hari Jumat kemarin vitri main ke Noesantara cafe.

Tujuan awal sih cuma diskusi dengan beberapa orang teman tapi ternyata kebablasan sampai malam di sana.

Ternyata hari itu ada pertunjukan seni yang diadakan oleh pengelola cafe yang bekerja sama dengan seniman setempat (masih dalam lingkup Propinsi Riau).

Judul pertunjukannya sendiri adalah "Monolog Rusa" dan ditampilkan oleh "Mas Aryo" dari Metateater.

Saya tidak akan mengulas tentang isi monolognya tapi perbincangan setelah monolog itu selesai.

Ternyata teman-teman ini bermaksud menghidupkan titik-titik di pekanbaru dengan kegiatan budaya, yang kemudian lebih sering disebut sebagai spot budaya. Mereka merasa bahwa kebiasaan seniman setempat untuk manggung pada saat keramaian yang diadakan oleh pemerintah tidak akan cukup untuk meningkatkan aktivitas budaya di Propinsi Riau atau Pekanbaru secara khusus. Istilah seniman proyek tak enak didengar telinga.

Acara pertunjukan hari itu diharapkan menjadi titik awal bagi tumbuhnya kegiatan sejenis di beberapa titik di kota Pekanbaru. Mereka juga menceritakan keberadaan sanggar di Jalan Jendral yang menampilkan kesenian randai.

Secara pribadi, saya sangat menghargai usaha ini. Bahkan jika memungkinkan tidak ragu-ragu untuk membantu agar tujuan yang baik ini dapat terlaksana.

Pada dasarnya Pekanbaru sendiri sudah sangat membutuhkan aktivitas kesenian dan kebudayaan. Keinginan untuk berekreasi sangat terlihat dari ramainya beberapa titik di pusat kota. Secara nyata terlihat penumpukan manusia di bundaran air mancur depan kantor walikota dan taman di belakang gedung perpustakaan baru.

Sebenarnya Pekanbaru memiliki banyak titik yang dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan. Keberadaan kawasan Bandar Serai yang dilengkapi dengan ajungan kota dan kabupaten se-Riau sendiri merupakan lokasi yang strategis dikembangkan sebagai titik penumpukan manusia dan melakukan aktivitas kesenian. Lapangan di depan mesjid agung An-Nur juga bisa menjadi tempat yang sangat ideal untuk menggelar kesenian yang bersifat keagamaan. Bahkah lapangan terbuka di dalam kawasan pujasera jalan arifin ahmad pun bisa dimanfaatkan.

Masih banyak titik-titik lain yang mungkin belum terpetakan yang dapat dijadikan tempat penumpukan masyarakat.

Pertanyaannya adalah: kenapa tidak dan bagaimana membuat masyarakat mau memadati tempat itu?

Pada dasarnya sih masyarakat Pekanbaru sangat gemar berkumpul. terlihat dari beberapa acara pertunjukan musik yang selalu padat dihadiri penonton. Sekarang bagaimana pemerintah daerah, khususnya aparat terkait serta lembaga-lembaga yang juga berhubungan dapat melihat hal ini sebagai hal positif dan peluang untuk pengembangan. Bukannya selalu mengembangkan opini tentang ketidak-amanan tempat-tempat umum karena dapat dimanfaatkan oleh pasangan-pasangan yang ingin"mojok".

Saya sendiri mengamati bahwa 2 titik, bundaran air mancur dan taman di belakang gedung perpustakaan adalah kawasan dengan penerangan yang cukup baik.

Sah saja jika kemudian saya menyimpulkan bahwa pada dasarnya orang-orang merasa lebih nyaman dengan kondisi kawasan yang terang benderang, bukannya remang-remang.

Mungkin sudah saatnya pihak terkait melakukan pemeriksaan kelengkapan penerangan di titik-titik yang berpeluang untuk dijadikan tempat berkumpul. 

Selanjutnya jika sudah ada kumpulan orang, seniman pun dapat berbaur untuk memeriahkan suasana. akhirnya kita akan memiliki kota yang ramah terhadap penghuninya. 

Ayo... mulai dari sekarang mungkin kita-kita juga dapat mulai memetakan titik-titik yang mungkin dikembangkan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat kota pekanbaru.

Jumat, 18 Juli 2008

RTRW Kota Pekanbaru (1)

Pemerintah Kota Pekanbaru telah menyerahkan rancangan Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru. Rencana tata ruang yang bersifat umum ini telah lama ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak karena dianggap merupakan pedoman penting dalam pengaturan pembangunan kota.

Sebenarnya anggapan bahwa RTRW adalah pedoman penting tidaklah salah. Hanya saja rasanya terlalu naif jika kemudian seluruh pembangunan kota dibebankan pada dokumen rencana yang sifatnya masih umum.

Keberadaan Rencana yang bersifat umum merupakan penjabaran daerah terhadap visi dan misi kota kedalam suatu bentuk spasial. Di dalamnya terdapat kebijakan-kebijakan yang mengarahkan pengaturan kependudukan hingga pada kebijakan pemanfaatan ruang di dalam wilayah Kota Pekanbaru.

Di dalam ranperda RTRW Kota Pekanbaru yang diajukan kepada DPRD Kota Pekanbaru, rencana tata ruang tersebut diharapkan dapat menjadi arah pembangunan untuk 20 tahun yang akan datang. Di dalam RTRW itu juga menyebutkan pengendalian jumlah penduduk pada angka 1,5 juta jiwa pada akhir tahun 2026

Mengapa pengendalian? 

Kota Pekanbaru yang merupakan ibu kota Propinsi Riau memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata 3,9-4,18 % per tahun (angka perkiraan yang sering muncul di laporan-laporan kota). Angka ini jelas jauh diatas angka rata-rata nasional yang tidak sampai 3 % per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini disumbangkan oleh laju migrasi yang tinggi. Artinya, Pekanbaru merupakan kota tujuan yang sangat menarik bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya (atau bahkan lebih jauh dari itu).

Pengendalian jumlah penduduk dilakukan untuk menjaga kualitas Kota Pekanbaru pada waktu 20 tahun yang akan datang. Bertambahnya jumlah penduduk berarti bertambahnya jumlah kebutuhan akan infrastruktur dan fasillitas perkotaan. Bertambahnya kebutuhan ini akan berhadapan dengan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan atau merangsang penyediaan fasilitas tersebut. Pertambahan jumlah penduduk juga identik dengan pertambahan jumlah masalah sosial. Pertambahan penduduk yang tidak dikendalikan, ditambah dengan ketidaksiapan pengelola kota menghadapi kondisi tersebut akan berakibat pada penurunan kualitas kota tersebut.

Karena itu, pengendalian jumlah penduduk yang tersebut dalam RTRW Kota Pekanbaru bukan hanya "tempelan' atau sekedar memenuhi syarat kelengkapan suatu dokumen rencana. Hal ini seharusnya menjadi perhatian banyak pihak. 

Sayang sekali selama ini, RTRW (atau RUTR) sering kali diidentikkan dengan pola pemanfaatan ruang dan hanya ini. Padahal RTRW merupakan dokumen yang lengkap untuk seluruh sektor pembangunan dan dasar penetapan pemanfaatan ruangnya adalah kondisi penduduk yang akan dilayani pada akhir masa perencanaan. Dengan menetapkan target penduduk yang akan dilayani, barulah perencanaan pemanfaatan ruang dapat disusun dan diatur.

Namun, kembali seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembangunan kota belumlah dapat begitu saja diarahkan dan dikendalikan hanya dengan dokumen RTRW. Masih harus ada beberapa perangkat tambahan agar RTRW dapat dilaksanakan secara konsisten. Dan tentu saja rencana masih dapat dievaluasi atau bahkan direvisi, dengan alasan dan dasar-dasar yang tepat tentu saja, seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.