Hari Jumat kemarin vitri main ke Noesantara cafe.
Tujuan awal sih cuma diskusi dengan beberapa orang teman tapi ternyata kebablasan sampai malam di sana.
Ternyata hari itu ada pertunjukan seni yang diadakan oleh pengelola cafe yang bekerja sama dengan seniman setempat (masih dalam lingkup Propinsi Riau).
Judul pertunjukannya sendiri adalah "Monolog Rusa" dan ditampilkan oleh "Mas Aryo" dari Metateater.
Saya tidak akan mengulas tentang isi monolognya tapi perbincangan setelah monolog itu selesai.
Ternyata teman-teman ini bermaksud menghidupkan titik-titik di pekanbaru dengan kegiatan budaya, yang kemudian lebih sering disebut sebagai spot budaya. Mereka merasa bahwa kebiasaan seniman setempat untuk manggung pada saat keramaian yang diadakan oleh pemerintah tidak akan cukup untuk meningkatkan aktivitas budaya di Propinsi Riau atau Pekanbaru secara khusus. Istilah seniman proyek tak enak didengar telinga.
Acara pertunjukan hari itu diharapkan menjadi titik awal bagi tumbuhnya kegiatan sejenis di beberapa titik di kota Pekanbaru. Mereka juga menceritakan keberadaan sanggar di Jalan Jendral yang menampilkan kesenian randai.
Secara pribadi, saya sangat menghargai usaha ini. Bahkan jika memungkinkan tidak ragu-ragu untuk membantu agar tujuan yang baik ini dapat terlaksana.
Pada dasarnya Pekanbaru sendiri sudah sangat membutuhkan aktivitas kesenian dan kebudayaan. Keinginan untuk berekreasi sangat terlihat dari ramainya beberapa titik di pusat kota. Secara nyata terlihat penumpukan manusia di bundaran air mancur depan kantor walikota dan taman di belakang gedung perpustakaan baru.
Sebenarnya Pekanbaru memiliki banyak titik yang dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan. Keberadaan kawasan Bandar Serai yang dilengkapi dengan ajungan kota dan kabupaten se-Riau sendiri merupakan lokasi yang strategis dikembangkan sebagai titik penumpukan manusia dan melakukan aktivitas kesenian. Lapangan di depan mesjid agung An-Nur juga bisa menjadi tempat yang sangat ideal untuk menggelar kesenian yang bersifat keagamaan. Bahkah lapangan terbuka di dalam kawasan pujasera jalan arifin ahmad pun bisa dimanfaatkan.
Masih banyak titik-titik lain yang mungkin belum terpetakan yang dapat dijadikan tempat penumpukan masyarakat.
Pertanyaannya adalah: kenapa tidak dan bagaimana membuat masyarakat mau memadati tempat itu?
Pada dasarnya sih masyarakat Pekanbaru sangat gemar berkumpul. terlihat dari beberapa acara pertunjukan musik yang selalu padat dihadiri penonton. Sekarang bagaimana pemerintah daerah, khususnya aparat terkait serta lembaga-lembaga yang juga berhubungan dapat melihat hal ini sebagai hal positif dan peluang untuk pengembangan. Bukannya selalu mengembangkan opini tentang ketidak-amanan tempat-tempat umum karena dapat dimanfaatkan oleh pasangan-pasangan yang ingin"mojok".
Saya sendiri mengamati bahwa 2 titik, bundaran air mancur dan taman di belakang gedung perpustakaan adalah kawasan dengan penerangan yang cukup baik.
Sah saja jika kemudian saya menyimpulkan bahwa pada dasarnya orang-orang merasa lebih nyaman dengan kondisi kawasan yang terang benderang, bukannya remang-remang.
Mungkin sudah saatnya pihak terkait melakukan pemeriksaan kelengkapan penerangan di titik-titik yang berpeluang untuk dijadikan tempat berkumpul.
Selanjutnya jika sudah ada kumpulan orang, seniman pun dapat berbaur untuk memeriahkan suasana. akhirnya kita akan memiliki kota yang ramah terhadap penghuninya.
Ayo... mulai dari sekarang mungkin kita-kita juga dapat mulai memetakan titik-titik yang mungkin dikembangkan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat kota pekanbaru.
2 komentar:
udah dipost di bertuah
http://vitriana.blogspot.com/2008/07/spot-budaya-di-pekanbaru.html
untuk direview ma harian Tribun
siap, pak.
terima kasih untuk informasinya
Posting Komentar